Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Hening di Ujung Senja

   Ia tiba-tiba muncul dimuka pintu. Tubuhnya kurus, disampingnya berdiri anak remaja.katanya itu anaknya yang bungsu. Kupersilahkan duduk sambil bertanya-tanya dalam hati, siapa mereka berdua?    "Kita teman bermain waktu kecil, dibawah pohon bambu. Tidak jauh dari tepi danau toba, "katanya memperkenalkan diri. Waw, kataku dalam hati. Itu enam puluh tahun yang lalu, ketika itu masih anak kecil, usia empat tahun barangkali. Aku tersenyum sambil mengangguk ngangguk. Belum juga dapat ketebak siapa mereka. Ia seakan akan mengetahui siapa merwka sesungguhnya. "Tidak engkau peduli kampung halaman? "Tanyanya. Tidaklah engkau peduli kampung halamanmu? "Tanyanya membuat aku agak risih. Dulu pernah timbul keinginan dihati untuk kembali membangun rumah diatas rumah tanah adat yang tidak dijual. Perlahan lahan timbul ingatan di dalam benakku.

Baik Luar Dalam

   Ra, ada Lala di depan tuh nyariin kamu, temuin gih. Dah nungguin dari tadi, "sahut Tina kepada Rara yang sedang mengerjakan tugas dirumah Rara.   "Bi, bilang aja aku gak ada, lagi diluar atau dimana gitu",    Pinta Rara kepada bi Inah yang bekerja dirumahnya.       "Iya, non".             "Kenapa kamu begitu sama Lala? Dia sudah datang jauh-jauh tapi  malah kamu usir, dia anak bail lho, Ra. "    "Iya, dari luarnya memang baik, manis, ramah. Tapi harus itu saja kamu mengukur sifat seseorang? Dari luar memang manis, tapi dalamnya pahit. "        "Pahit gimana? "        " Dia sering ngomongin keburukan temannya sendiri dibelakang, banyak pokoknya Tin, yang tidak bisa aku jelaskan. "