Hening di Ujung Senja

   Ia tiba-tiba muncul dimuka pintu. Tubuhnya kurus, disampingnya berdiri anak remaja.katanya itu anaknya yang bungsu. Kupersilahkan duduk sambil bertanya-tanya dalam hati, siapa mereka berdua?
   "Kita teman bermain waktu kecil, dibawah pohon bambu. Tidak jauh dari tepi danau toba, "katanya memperkenalkan diri. Waw, kataku dalam hati. Itu enam puluh tahun yang lalu, ketika itu masih anak kecil, usia empat tahun barangkali. Aku tersenyum sambil mengangguk ngangguk. Belum juga dapat ketebak siapa mereka. Ia seakan akan mengetahui siapa merwka sesungguhnya. "Tidak engkau peduli kampung halaman? "Tanyanya. Tidaklah engkau peduli kampung halamanmu? "Tanyanya membuat aku agak risih. Dulu pernah timbul keinginan dihati untuk kembali membangun rumah diatas rumah tanah adat yang tidak dijual. Perlahan lahan timbul ingatan di dalam benakku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng Si Kabayan

Situ Bagendit

Kelinci Dan Gajah